°° " Lebih Utama Mana ".. Sedekah Pada Orang Miskin Atau Pada Karib Kerabat?
Pentingnya makna sedekah kepada orang lain yang membutuhkan sejalan dengan sabda Rasullulah ﷺ, "Barang siapa yang dapat melindungi dirinya dari api neraka, hendaklah ia bersedekah sekalipun hanya dengan sebutir korma. Kalau itu pun tidak ada, maka dengan kata-kata yang baik. (HR. Ahmad)
Begitu pentingnya sedekah membuat Rasullulah ﷺ ketat menghindari kesenangan duniawi. Lantas siapa yang Ia anjurkan untuk kita sedekahkan? Kepada orang Miskin Atau Pada Kerabat karib terdekat?
Karib Kerabat adalah semua yang mempunyai hubungan darah dengan kita mulai dari ibu bapak, saudara kandung, paman, bibi, keponakan, misanan, mindoan dstnya,
Pertanyaan diatas mungkin dirasa sepele namun kenyataannya, kebanyakan muslim yang belum tahu lebih memilih untuk bersedekah pada fakir miskin daripada bersedekah terhadap keluarga atau kerabatnya sendiri.
Padahal, Setiap perintah sedekah dan infak di dalam Al Qur’an, selalu yang pertama kali disebutkan adalah karib kerabat.
Seperti yang termaktub dalam ayat berikut ini:
وءاتى المال على حبه ذوى القربى
“….dan memberikan harta yang ia cintai kepada karib-kerabat…..” (QS. Al Baqarah 177)
وءات ذى القربى حقه والمسكين
“Dan berikanlah kepada karib-kerabat akan haknya dan orang miskin….” (QS. Al Isra 26)
Dan banyak lagi ayat lain yang senada dengan itu.
Jika kita cermati, ada satu pesan yang sangat penting untuk kita amalkan. Yaitu mendahulukan karib kerabat atau orang terdekat untuk menerima infak atau apapun bentuk kebaikan. Sebelum kita memberi kepada orang lain, kita harus perhatikan apakah ada di antara orang terdekat yang masih membutuhkan atau semua sudah makmur, tidak perlu disantuni lagi.
Amat disayangkan bila seseorang memiliki kekayaan yang membuat ia mampu menyantuni orang lain, dan sangat peduli dengan masalah sosial di lingkungannya sehingga ia mudah memberi kepada fakir miskin, anak yatim dan berbagai bentuk amal sosial lainnya. Namun sayang beribu sayang ia sangat cuek dan pelit kepada karib kerabatnya sendiri. Barangkali ia merasa pemberian kepada keluarga terdekat tidak mendapatkan pahala. Padahal justru itulah yang lebih besar pahalanya di sisi Allah (سبحانه وتعالى). Oleh karena itu pemahaman yang salah ini perdu diluruskan.
Tidakkah memilukan, bila seseorang tinggal di rumah yang bagaikan istana, sementara saudara kandungnya tinggal di rumah RSSS (rumah sangat sederhana sekali). Tidakkah kita mengangkat alis bila seseorang mempunyai kekayaan besar, turun dari satu mobil mewah dengan dibukakan pintu oleh para ajudan, berpindah dari satu gedung mewah ke gedung mewah berikutnya, Namun saudara kandungnya menjadi kuli atau babu yang siap diperintah-perintah dengan suara tinggi sambil diacungi telunjuk kiri, wajahnya penuh ketakutan dengan kepala tertunduk serta badan yang membungkuk.
Ingatlah.. Rasulullah ﷺ bersabda:
….يا أمة محمد، والذي بعثني بالحق لا يقبل الله صدقة من رجل وله قرابة محتاجون إلى صلته ويصرفها إلى غيرهم. والذي نفسي بيده، لا ينظر الله إليه يوم القيامة
“….Wahai umat Muhammad, demi Allah yang telah mengutusku dengan kebenaran, Allah tidak akan menerima sedekah seseorang yang mempunyai kerabat yang membutuhkan bantuannya, sementara ia memberikan sedekah atau bantuan itu kepada orang lain. Dan demi Allah yang jiwaku berada dalam genggamannya, Allah tidak akan memandangnya di hari kiamat nanti”. (HR. Thabrani)
Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda:
الصدقة على المسكين صدقة، وعلى القريب صدقتان، صدقة وصلة
“Sedekah kepada orang miskin dinilai satu sedekah, sedangkan kepada karib kerabat nilainya sama dengan dua, nilai sedekah dan nilai silaturrahmi”.
Ada pesan penting yang sangat jelas disini:
“Jika anda menjadi orang yang kaya, jadikanlah orang terdekat anda yang pertama sekali merasakan kekayaan itu. Ibu-bapak, anak-istri, saudara kandung, baru yang lainnya. Jangan sampai masyarakat anda memuji kedermawanan anda, sementara orang terdekat mengurut dada karena kebakhilan anda, padahal mereka dianggap kaya oleh orang lain karena anda sebagai saudaranya”
Penulis: Ustadz Zulfi
Semoga bermanfaat.
Aamiin Yaa Robbal'Alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar