Jumat, 01 Juli 2016

Takabur Karena Amal atau Kedudukan Kita bagian-2

Takaburnya Iblis Karena Amal atau Posisinya yang Terdahulu

Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah  (سبحانه وتعالى) . Tetapi karena takaburnya terhadap Adam  (عليه السلام) , Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya.

Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Bayazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah  (سبحانه وتعالى) .

Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak. Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi  , "Ya Rasulullah  , aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh? "Nabi   menjawab,:" Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber-istiqamah-lah kamu. "

Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai investasi. Orang yang gemar beribadah cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan sangat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadah, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama.

Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya;
Suatu hari, di depan Rasulullah  ﷺ,  Abu Bakar  (رضي الله عنه)  menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadahnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah   tak memberikan komentar apa-apa.
Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi   tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat rahib itu. Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi  . Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar  (رضي الله عنه)  berkata kepada Nabi  , "Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulullah  ." Nabi   hanya berkata, "Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya."

Nabi  ﷺ  lalu mendekati orang itu dan bertanya, "Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?" Sahabat yang ditanya menjawab, "Allahumma, na'am. Ya Allah, memang begitulah aku. "Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi  .

Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, "Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?" "Aku," jawab Abu Bakar  (رضي الله عنه) .

Abu Bakar  (رضي الله عنه)  lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, "Ya Rasulullah  , bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku '. "

Nabi  ﷺ  tetap bertanya, "Siapa yang mau membunuh orang itu?" Umar bin Khaththab  (رضي الله عنه)  menjawab, "Aku." Tapi seperti juga Abu Bakar  (رضي الله عنه) , ia kembali tanpa membunuh orang itu, "Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah? "

Nabi   masih bertanya, "Siapa yang akan membunuh orang itu?" Ali  (رضي الله عنه)  bangkit, "Aku." Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, "Ia telah pergi, ya Rasulullah  . "

Nabi   kemudian bersabda, "Jika engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku .... "

Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah: Selama di tengah-tengah kita masih ada orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi  ﷺ  memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam.

Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti disarankan Bayazid

🐫🌴🐫🌴🕌🌴🐫🌴🐫

والله أعلم بالصواب
Wallahu A'lam Bishawab
"Dan hanya ALLAH (سبحانه وتعالى) yang Maha Mengetahui"

Bagian-1: Takabur Karena Amal atau Peringkat Kita



Tidak ada komentar:

Posting Komentar