Senin, 27 Juni 2016

Istri Nabi difitnah Selingkuh

Ummul Mukminin, Siti Aisyah  (رضي الله عنها) pernah difitnah berselingkuh dengan salah seorang sahabat.
Fitnah itu sempat mengubah sikap Rasulullah ﷺ kepada Aisyah (رضي الله عنها) hingga turunlah surat An-Nur ayat 11-26 yang menyatakan Aisyah (رضي الله عنها) terbebas dari selingkuh.

Sungguh fitnah yang sangat keji, Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling baik, maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri Beliau.

Ingat Surat An-Nur ayat 26. Jadi, tidaklah mungkin Wanita Teladan kaum muslimin Siti Aisyah (رضي الله عنها) berselingkuh.

Kisahnya.
Dalam menerima wahyu,ada kalanya wahyu yang berupa ayat-ayat Al Qur'an itu turun untuk menjawab berbagai pertanyaan para sahabat. Ada juga kisah-kisah umat terdahulu, masalah hukum, ibadah, pergaulan sehari-hari sampai persoalan rumah tangga.

Namun, ternyata Rasulullah ﷺ pernah tidak menerima wahyu sama sekali dalam waktu sekitar satu bulan. Salah satunya adalah pada saat adanya fitnah oelh salah seorang munafik yang ingin merusak rumah tangga beliau dengan istrinya, Siti Aisyah (رضي الله عنها).

Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani Musthakiq pada bulan Sya'ban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oelh sejumlah kaum munafik, istri Rasul , Siti Aisyah (رضي الله عنها) turut pula dengan Rasulullah .

Kehilangan Kalung

Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Siti Aisyah (رضي الله عنها) menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Siti Aisyah (رضي الله عنها) yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu Siti Aisyah (رضي الله عنها) tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya.

Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut,namun kalung itu tak ditemukannya. Karena itulah Siti Aisyah (رضي الله عنها) kembali menuju tandunya. Namun, ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Siti Aisyah (رضي الله عنها) hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali.
Terlalu lama menungu, akhirnya Siti Aisyah (رضي الله عنها) terserang kantuk hingga akhirnya tertidur.

Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani (رضي الله عنه) lewat. Shafwan (رضي الله عنه) ini bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan (رضي الله عنه) segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah (رضي الله عنها). Shafwan (رضي الله عنه) pun berkata,
"Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji'un," kata Shafwan (رضي الله عنه) dengan terkejut.

Shafwan (رضي الله عنه) pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah (رضي الله عنها). Sedangkan Shafwan (رضي الله عنه) sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Siti Aisyah (رضي الله عنها).
Mereka berdua kahirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.

Wahyu dari Allah (سبحانه وتعالى)

Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan (رضي الله عنه), muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya.

Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah (رضي الله عنها) telah berselingkuh dengan Shafwan (رضي الله عنه). Fitnahitu dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalanagn kaum Muslimin.

Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah ﷺ menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah (رضي الله عنها). Diceritakan Aisyah (رضي الله عنها), karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.

"Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit,aku tidak melihat kelembutan dari Nabi ﷺ seperti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya,"Bagaimana keadaanmu," kemudian pergi," kata Siti Aisyah (رضي الله عنها) yang terdapat pada kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits.

Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya.
Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad .Sampai kemudian, Allah (سبحانه وتعالىmengabarkan berita gembira kepada Nabi ﷺ yang menyatakan bahwa Aisyah (رضي الله عنها) terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu.

Penegasan Allah (سبحانه وتعالىitu terangkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nur ayat 11-26.
Dengan turunnya ayat tersebut, terbebaslah Siti Aisyah (رضي الله عنها) dari tuduhan keji itu, hingga berbahagialah Rasululah ﷺ beserta sahabat-sahabat setianya.

Dalil tentang kisah di atas adalah Surat An-Nur: 11 - 26 berikut ini:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الإثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ ١١
لَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ ١٢
لَوْلا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ ١٣
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ١٤
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ ١٥
وَلَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ ١٦)
يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ١٧)
وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ١٨)
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ ١٩)
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ٢٠)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢١)
وَلا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ٢٢)
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ٢٣
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ٢٤)
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ ٢٥)
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ٢٦)


Artinya:
11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar[1031].

12. mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."

13. mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.

14. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.

15. (ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.

16. dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."

17. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.

18. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.

20. dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).

21. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

22. dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[1032],

23. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah[1033] lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,

24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

25. di hari itu, Allah akan memberi mereka Balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).

26. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1034].

Keterangan ayat:
[1031] Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah ﷺ, 'Aisyah (رضي الله عنها) Ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah (رضي الله عنها) dengan Nabi ﷺ berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah (رضي الله عنها) keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah (رضي الله عنها) masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah (رضي الله عنها) mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi , Shafwan Ibnu Mu'aththal (رضي الله عنه), diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah (رضي الله عنها) terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan (رضي الله عنه) mengendarai untanya. Syafwan (رضي الله عنه) berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, Maka fitnahan atas 'Aisyah (رضي الله عنها) itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.

[1032] Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar (رضي الله عنه) bahwa Dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah (رضي الله عنها). Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.

[1033] Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang lengah ialah wanita-wanita yang tidak pernah sekali juga teringat oleh mereka akan melakukan perbuatan yang keji itu.

[1034] Ayat ini menunjukkan kesucian 'Aisyah (رضي الله عنها) dan Shafwan (رضي الله عنه) dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah  adalah orang yang paling baik maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.

Sumber: Istri Nabi difitnah Selingkuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar